CAFE

53. 부스딴 바시르 마라스 (Bustan Basir Maras)

작성자김영수|작성시간22.03.25|조회수86 목록 댓글 0

 

[Sajak Bustan Basir Maras]

 

 

ORANG-ORANG BUNGGU

 

pada tanah mereka humuskan nasib

menanti putaran musim menumbuhkan rerumputan

waktu berhenti melaju, lantaran batu-batu, juga ilalang

yang menghampar hingga ke tepi langit, lebih merangkum makna

bagi setiap kaki yang menapak di atas tanah merah,

tanah lelehur orang-orang Bunggu.

 

orang-orang Bunggu, setia menatap hari-hari yang hampa

merelakan diri dikumur panas dan dingin hujan,

sesekali angin ribut hinggap di rambut mereka,

menerbangkan gubuk-gubuk mereka, mereka berlari ke Bantaya,

lantaran itulah tempat mereka merelakan diri

bagi yang maha segala dari segalanya.

 

orang-orang Bunggu, luruh bersekukuh pada petuah leluhur,

menggadaikan hidup bagi sandaran yang pasti, lantaran rindu dendam

tak dapat diharapkan dari dunia kini yang selalu menipu.

hanya masa silamlah yang mengajari mereka,

agar tak mengagadaikan hidup pada apapun, lantaran hanya pada tanahlah,

pada air dan pada api, kita akan pulang jua akhirnya.

 

orang-orang Bunggu menari di atas bara,

menikam diri sendiri dengan pedang, meniup slumpit

hingga menembus cakrawala, tak ada rindu tiada dendam,

lantaran hanya karena cintalah hidup ini kan berbinar.

 

 

/Suku Bangsa Bunggu-Sulbar, 2007

 

 

[부스딴 바시르 마라스 詩]

 

 

붕구 사람들

 

 

그들의 대지는 운명이 부식된 곳,  

풀들이 자라는 계절의 순환을 기다린다  

하늘가까지 펼쳐 있는 자갈과 잡초 때문에

이어지는 떠 돔의 생활이 멈추는 시기

붉은 땅 위를 걷는 발걸음들을  

그 의미보다 더 깊게 감싸 안은  

붕구 사람들 선조의 땅

 

붕구 사람들은 공허한 날들을 낯설어 하지 않으며  

더위와 비의 찬 기운을 마주한다  

가끔 바람이 그들 머리 결을 흩트리고  

오두막을 날려 버려도,

그들이 살아남을 수 있는 반따야로 달려갈 뿐

 

붕구 사람들은 조상의 잠언에 매달리면서

그들 삶을 저당 잡히고

원한의 사무침과 협잡이 들 끓는 세상으로부터 떨어져 있다

이제 그들은 그 무엇으로도 삶을 저당 잡히지 않고

 

물과 불 우리들이 결국 돌아 갈

땅 만을 의지한 채 살아 간다

 

붕구 사람들은 불 위에서 춤을 춘다  

칼로 스스로를 찌르며 지평선 너머로

입김을 크게 불면서 그리움도 원한도 없이

이 삶에 애정만을 빛내고 있다

 

 

ㅇ 붕구 (Bunggu) : 인도네시아 술라웨시 서부 지역 종족 이름

ㅇ 반따야 (Bantaya) : 술라웨시 서부 지역 한 지역 이름

 

2007

 

 

SAJAK LINGLUNG

 

 

Kenyataan telah melampauhi akal sehat, basulah wajahmu dgn puisi, setidaknya puisi mampu menampung duka deritamu.

 

Kutulis sajak dan puisi dgn dua buah batu menggantung di dadaku. Dada yg sesak dari asap hutan-hutan terbakar, dada yg sesak sbb menelan letusan gunung-gunung purba.

 

Gunung-gunung menjulang, meledak di jiwaku, orang-orang terkapar di jalan-jalan berlumur darah, bangkai terbakar menggelepar.

 

Bumi serapuh kafan. Anak-anak kami tawuran di jalan-jalan sepulang sekolah, perempuan-perempuan berdada runcing, berdansa di kedalaman bola mata kami.

 

Anak-anak kami tidur dalam igauan. Mimpinya tentang masa depan yang suram, porak-poranda digilas perang saudara.

 

Kiutulis puisi dgn kepala yg berat-bimbang. Banjir lahar menghancurkan otakku, jembatan, aspal di jalan-jalan dicuri dari kepala kami, pikiran kami hanyut ke muara, ke laut yg tak nampak ranah tanah tepinya.

 

Ayah, ibu, guru dan para penganjur agama kami oleng dipukul badai hidup, langit murung melihat kami meratap di sungai-sungai, di kaki bukit, di lampu-lampu merah kota-kota, di kaki para pemangsa.

 

Para tetua dikampung-kampung kehilangan pandangan, petuah leluhur hanyut di sungai sejarah, bercampur tinja, comberan dan sampah-sampah peradaban di kali waktu.

 

Kami tak bisa lagi membeda siapa penjaga dan siapa maling. Kami seperti bunglon. Sekali waktu jadi maling di lain waktu jadi penjaga. Tergantung di orde mana kami bertengger.

 

Wajah dan rupa kami lucu-lucu. Tak lagi dapat dibedakan siapa pendidik siapa penyidik, siapa yg disidik, yg pasti kami bukan manusia Sinddiq.

 

Kami melihat orang-orang berbaris di dalam layar. Mulut mereka berbusa-busa, menuding wajah orang lain sambil melupa wajah mreka lebih menjijikkan, hancur, bopeng-bopeng, liur dan ingus ditelan mulut sendiri, namun tetap merasa gagah, sebab tak pernah bercermin sehingga tak tau seburuk apa rupa di dalam kaca.

 

Kami tawarkan cermin padanya, cerminnya diretak dan dihancurkan. mreka percaya cermin itu telah memburukkan wajah mereka.

 

Orang-orang bercinta sambil berdiri di pantai, di gedung-gedung dan tong sampah, di kandang kuda, lalu dihakimi orang-orang pemilik negeri berbudaya, diarak dan ditelanjangi ke cakrwala, padahal diam-diam ia juga melakukan hal yg sama namun hanya Tuhan dan kamar mandi yg tau.

 

Inilah sajakku, linglung di masa yg suram, langit linglung, bumi linglung, pantai linglung, matahari linglung, bintang-bintang linglung, negeri linglung, semuanya linglung.

"Mungkin kiamat sudah dekat" kataku. 
"Insha Allah kiamat masih lama !" kata Gus Mus.

 

Inilah sajak linglung, sebab penyair linglung. Kata-kata telah beku di kutub utara. Para penyair meloakkan puisinya sendiri, lebih murah dari bangkai ikan di pasar sentral, lebih terkutuk dari kisah si Maling Kundang.

 

Penyair kehilangan kata-kata. Penyair membuang kata-kata. Penyair takut pada kata-kata. Sebab penyair kini hanya tau kata anggur dan rembulan. Smentara di sudut puisi, Rendra menagis airmata kata-kata.

 

 

/Jogja-Mamuju, 2018.

 

 

혼란스러운 시(詩)

 

 

현실은 지혜를 지나쳐 당신의 얼굴을 시로 감싸 안았지만  

시는 당신의 괴로움을 위로할 수 있을 것이다

 

나는 가슴에 매달린 두개의 돌로 시를 쓴다

불타는 숲의 연기로 숨이 막힌 가슴,

폭발한 태고의 산들을 삼킨 가슴

 

높이 솟은 산들, 내 영혼에서 폭발하며, 피가 흥건한. 불에 타 몸부림치는 사체들 사람들은 흩어진다

 

대지는 수의(壽衣)로 감싸졌고 학교에서 돌아온 아이들은 길에서 싸움을 하고 있다.

가슴이 날카로운 여인들은 우리들 눈동자 깊은 곳에서 춤을 춘다

 

우리 아이들은 잠꼬대 속에서 잠을 자고, 형제들 간 전쟁의 어수선함에 눌리면서

어두운 미래에 대한 꿈을 꾼다

 

나는 무겁고 망설이는 머리로 시를 쓴다 용암이 내 뇌수를 부셔버린다. 길에 있는 다리, 아스팔트는 우리들 머리 속에서 도둑질 되어지고. 양안(兩岸)에 평지가 보이지 않는 바다를 향한 하구로 우리들의 생각은 휩쓸린다

아버지, 어머니, 선생님 그리고 종교 지도자들 삶의 파도에 흔들리고 있다. 하늘은 우울하게 강들, 산 기슭, 도시의 붉은 등, 모든 맹수의 발에서 슬퍼하는 우리들을 내려다본다

 

마을의 모든 지도자들은 예지 능력을 잃었고 선조들 잠언은 역사의 강에서 휩쓸렸고 배설물, 하수구, 시간의 개천에 있는 문명의 쓰레기와 뒤섞였다

 

이제 우리들은 누가 지키는 사람이고 누가 도둑인지 구분을 못한다. 우리들은 카멜레온 같이 시대에 따라 어떤 때는 도둑이 되었다가 어떤 때는 지키는 사람이 되었다.

 

우리들의 얼굴과 모습은 우습게 변했다. 누가 가르치는 사람이고 누가 조사하는 사람인지 누가 조사를 받는 사람인지 이제 더 이상 구분하지 못한다. 분명한 것은 우리들은 생각을 좁게 짧게 하는 사람이 아니라는 사실이다

 

스크린 안에 줄 서 있는 사람들을 본다. 그들 입에선 거품이 나오고 얼굴이 더 끔찍한 몰골인 것을 잊고 다른 사람 얼굴을 가리키고 있다. 얼굴에 얽은 자국이 있고 침을 흘리고, 콧물을 핥으며 그러나 여전히 거만하게 서 있다. 그렇게 흉물스러운 거울 안 자기 모습을 지금까지 한 번도 본적이 없었기에

 

그들에게 거울을 주었지만 그들은 거울을 깨뜨렸다. 그들은 거울이 그들 얼굴을 추악하게 만들었다고 믿고 있었다

 

사람들은 사랑하면서 해안가에 서서, 빌딩 안에 서서, 쓰레기 통 위에 서서, 마구간에 서서, 문화를 갖고 있는 국가를 소유한 사람들에 의해 재판을 받는다. 지평선을 향하여 옷을 벗긴 채. 신(神)과 욕실(浴室)만이 그 사실을 알고 있는 그들의 행위는 반복되고 있다.

 

이것이 나의 시다. 어두운 시대의 혼돈, 하늘의 혼란, 땅의 아우성, 바닷가의 혼란, 태양, 별들 그리고 나라의 혼돈, 모든 것이 혼란 속이다

"아마도 최후의 심판이 가까이 온 것 같다" 내가 말했다 
"
알라의 뜻대로 심판의 날은 아직 멀었다!" 구스 무스가 대답을 했다

 

이것이 혼돈의 시다. 시인도 혼돈, 언어는 북극에서 이미 얼어붙었고, 모든 시인들은 그들 자신의 시들을 고물(古物)로 팔았다. 중앙 시장에 있는 생선보다 더 싸게 말링 꾼당 이야기 보다 더 독살스럽게 시를 팔았다

 

시인은 말을 잃었고, 시인은 말을 버렸고, 시인들은 언어를 두려워하게 되었다. 지금 시인들은 포도주의 말과 달의 언어만 알고 있고 시 한 귀퉁이에서 말의 눈물로 흐느끼는 렌드라를 잊은지 오래다

 

 

ㅇ 구스 무스 (Gus Mus) : 인도네시아 이슬람 종교 지도자 중 한 명

ㅇ 말링 꾼당 이야기 (kisah si Maling Kundang) : 반역자인 Kundang에 대한 동화(童話)

ㅇ 렌드라 (W.S Rendra) : 인도네시아 저항 시인

 

 

욕야카르타 – 마무주(Jogja-Mamuju), 2018.

 

 

MASA KE MAMASA

 

pagi bangkit dari matahari

ketika waktu memintal sore ke dalam malam,

pucat pasih. bukit-bukit didaki. darah membeku di Dara,

sawah-sawah merangkum di Messawa: mendongengkan kisah

tentang Putri Bangsawan Parengngeq yang dikutuk ibu dan ayahnya

jadi dingin batu dan geliat ular.

 

namun pagi dingin tak menyurutkan kaki orang-orang Messawa,

turun meniti pematang, membalik tanah jadi berkah,

menggali kolam kecil untuk ikan mas piaraan  sebagai titisan para dewa.

 

“janganlah kau pergi menepi, ke gigir kolam, bersandar ke pematang,

sebab jejakmu nanti tak nampak”. ujar petani itu.

 

jika hujan dan panas datang merajammu,

kembalilah ke dalam damai sunyi hatimu,

ke dalam kolam kasih dan cinta tempatmu lelap tertidur semalam.

 

pagi memahat matahari, senja memanjat bukit dan pegunungan,

di kaki, lumpur dan kerikil tajam mengeras, meski jarak tak mengalah tak sabar.

 

tetapi rindu kan terbayarkan diantara derit pinus dan cemara,

ketika sayap-sayap malam menerbangkanmu ke dalam kelam dan kau tiba:

“hei datanglah ke bumi jiwa kami yang resah, Kondossapataq Wai Sappaleleang”**.

selamat malam Mamasa. inilah masa ke Mamasa. menyulam waktu ke dalam cuaca,

musim berganti, menyusur jalan dan kampung yang dulu menjadi ladang subur

anak cucu Elisabeth dari negeri seberang.

 

inilah Mamasa, yang lahir dari upacara Rambu Saratu:

tempat bidadari meniti kabut putih ke bumi.

 

masa ke Mamasa, anak-anak melintas di hulu sungai, pipinya memerah dikumur cuaca,

diantara alisnya mengalir sungai-sungai damai meski tak tahu muaranya.

 

ke Mamasa, di rumahmu tinggal kabut putih, aku menggigil, aku kedinginan.

 

 

/Mamasa-Mambi, 2009.

 

*Mamasa nama salah satu kota kecil di pegunungan Sulawesi Barat di utara  bagian barat Tana Toraja (Tator).

**Nama lain dari Mamasa.

 

 

마마사로 가는 시기(時期)

 

 

햇볕으로부터 아침은 일어난다  

시간이 오후를 짜며 밤으로 가는 여정을 준비할 때  

창백하게 경사진 언덕들, 피는 처녀들에게서 응고되었다  

메사와를 감싸고 있는 논들은 부모로부터 버림받아

결국 돌 담으로 변해 뒤틀린 뱀의 형상이 된  

뿌뜨리 방사완 빠자자란 이야기를 만들고 있다

 

그러나 바람의 아침은 메사와 사람들 발을 멈추게 하지 못한다  

논둑길을 건너, 땅을 갈면서 축복의 땅으로 만든다  

마치 모든 신들의 물방울처럼 작은 연못을 만들어 물고기를 기른다

 

“논둑길에 기대세요. 연못 가장자리로 가지 말고.

나중에 당신 발자국이 보이지 않아요” 농부가 말했다

 

비와 더위가 당신에게 형벌처럼 찾아왔을 때  

당신 마음속 고요한 평화속으로 돌아 가라  

애정 어린 연못 안으로, 지난 밤 곤히 잤던 당신의 자리로

 

아침은 태양을 조각하고 오후는 발에 진흙과 날카로운 굳은 돌들이 있는

언덕과 산을 기어오른다  

 

그리움은 삐걱거리는 소나무와 전나무 사이에서 피어오르고

밤의 날개가 당신을 몽롱한 속으로 날아 도착하게 한다

“불안한 우리들 정신 세계에 어서 와. 마마사로”

이것이 마마사로 가는 시기. 시간을 수 놓는다  

계절은 바뀌고 오래전 비옥했던 밭이 이제는 길과 마을이 된 곳을

건너 나라에서 온 엘리자베스의 손자가 따른다  

 

천사들의 자리, 하얀 안개가 대지에 뿌려지는 .

이곳이 람부 사라뚜 의식으로부터 태어난 마마사다.

 

마마사로 가는 시기, 아이들은 강 상류를 건너고 날씨 때문에 뺨은 붉어진다.

그 하구가 어디인지 모르는 평화의 강들이 흐르는 사이에

 

마마사, 당신의 집 하얀 안개가 사는 곳, 나는 추위에 몸을 떤다

 

 

ㅇ 마마사 (Mamasa) : 인도네시아 서부 술라웨시 북쪽, 산악 지역에 있는 작은 도시

ㅇ 메사와 (Messawa) : 서부 술라웨시 한 지명

ㅇ 뿌뜨리 방사완 빠자자란 (Putri Bangsawan Pajajaran) : 인도네시아 섭 자바에 존재했던 빠자자란 왕국의 공주

ㅇ 람부 사라뚜 (Rambu Saratu) : 특별한 토착 의식

 

 

/마마사(Mamasa)-맘비(Mambi), 2009.

 

 

(한국어 번역 : 김영수/Diterjemahkan oleh Kim, Young Soo)

 

 

[Profil Penyair]

 

Bustan Basir Maras, lahir Teluk Mandar (Mekkatta-Malunda) Majene, Sulawesi Barat, 9 September. Tahun 1998 memilih tinggal di Yogyakarta dan beberapa kota lain di Pulau Jawa. Menempuh pendidikan formal di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Oxford Course. Aktif di berbagai komunitas teater dan pernah bekerja sebagai jurnalis. Karya-karyanya memenuhi berbagai mesia seperti Bernas Jogja, Minggu Pagi, Wawasan, Republika, Info Indonesia, SKH. Mimbar Karya Sul-Sel, Kompas, Harian Fajar Makassar, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka Semarang, Aktual, Koran Sindo, Suara Pembaharuan, Majalah Arena, Majalah Sukma Banjarmasin, Pikiran Rakyat, Solo Pos, Koran Mandar, Kuntum, Serapo Kaltim, Radar Sulbar, Koran Singapur-Johor-Riau (SIJORI) Batam, Suara Muhammadiyah, Jurnal Ibda’, Jurnal Pohon, media-media online: titikkoma,com, Melayu Online, Mandar News.com, Kompas Online, Panyingkul.com, annoramedia.com, dan Suaramandar.com. Buku-bukunya yang telah terbit adalah Negeri Bersyair (puisi, SSST Sila, 2000), Mata Air Mata Darah (puisi, Buku Laila, 2004), Damarcinna (cerpen, Fajar Pustaka, 2005), Negeri Anak Mandar (puisi, Annora Media, 2006), Ziarah Tanah Mandar (GOeBOeK Indonesia, 2006), Carita (cerita rakyat Sulbar, Annora Media, 2007), dan Ziarah Mandar (GOeBOeK Indonesia, 2010).

 

 


[시인 소개]

 

부스딴 바시르 마라스(Bustan Basir Maras), 서부 술라웨시 마제네(Majene)에서 출생. 1998년 이래로 욕야카르타(Yogyakarta)와 자바 섬 몇 개 지역에서 거주를 하고 있다. 욕야카르타에 있는 수난 깔리자가(Sunan Kalijaga) 국립 이슬람대학교에서 수학했고 옥스포드 과정을 마쳤다. 몇 개의 극단 활동에 참여했고 신문 기자를 했다. 여러 매체, Bernas Jogja, Minggu Pagi, Wawasan, Republika, Info Indonesia, SKH. Mimbar Karya Sul-Sel, Kompas, Harian Fajar Makassar, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka Semarang, Aktual, Koran Sindo, Suara Pembaharuan, Majalah Arena, Majalah Sukma Banjarmasin, Pikiran Rakyat, Solo Pos, Koran Mandar, Kuntum, Serapo Kaltim, Radar Sulbar, Koran Singapur-Johor-Riau (SIJORI) Batam, Suara Muhammadiyah, Jurnal Ibda’, Jurnal Pohon, media-media online: titikkoma,com, Melayu Online, Mandar News.com, Kompas Online, Panyingkul.com, annoramedia.com, dan Suaramandar.com. 등에 게재되었다. 작품집으로는 Negeri Bersyair (시를 짓는 나라) 시, SSST Sila, 2000), Mata Air Mata Darah (샘물과 피 눈물) 시, Buku Laila, 2004), Damarcinna (다마르차나)(단편, Fajar Pustaka, 2005), Negeri Anak Mandar (물새 새끼들의 나라), Annora Media, 2006), Ziarah Tanah Mandar (물새의 땅으로 피신)(GOeBOeK Indonesia, 2006), Carita (차리타) 서부 술라웨시 민화집, Annora Media, 2007), dan Ziarah Mandar (물새의 피신)(GOeBOeK Indonesia, 2010).



다음검색
현재 게시글 추가 기능 열기

댓글

댓글 리스트
맨위로

카페 검색

카페 검색어 입력폼